29 October 2010

Robin Longstride

Anda mungkin tidak kenal Robin Longstride. Dia seorang rakyat biasa, rakyat jelata. Dikenal pula dengan panggilan “Sir” Robert. Gelar “Sir” yang artinya bangsawan itu didapatnya dari perannya yang menggantikan seorang bangsawan asli. Robin Longstride yang bukan bangsawan ini dianggap bangsawan karena kebetulan. Sebuah kebetulan yang menjadi berkah dalam kehidupannya kelak. Robin Longstride sebenarnya adalah anak seorang tukang batu.

Kebanyakan tukang batu adalah ahli mengayunkan martil, memecah batu menjadi beberapa bagian lalu menggotongnya untķuk digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi sipil lainnya. Tukang batu juga biasanya tidak perlu sekolah tinggi, karena dalam mengayunkan batu tidaklah memerlukan teori-teori yang sistematis. Ia hanya pekerjaan kasar, yang dilakukan orang karena tidak memiliki keahlian khusus. Tapi Robin Longstride memiliki seorang ayah yang tukang batu istimewa. Tukang batu ini memiliki pemikiran bahwa
“Raja membutuhkan rakyatnya sama seperti rakyat membutuhkan raja. Politik! Sebuah pikiran yang berbahaya!”
Karena didikan ayahnya yang berwawasan politik itu, dibarengi sifat jujur, kerja keras, setia kawan dan tentu saja keberanian, Robin longstride menjelma menjadi seorang kesatria gagah. Seorang yang mahir berkuda, berkelahi, berenang dan memanah! Karena kemampuannya yang terakhir ini, di Inggris namanya menjadi legenda dan menjadi cerita rakyat layaknya Jaka Tingkir & si Pitung di Indonesia. Ia seorang ksatria dari Hutan belantara Sherwood, ialah RobinHood.



Saya ingin mengajak pembaca pada karakter RobinHood yang tangkas, pemberani, pandai mengelola tim (Robin memiliki teman seorang rahib gendut - Tuck , seorang keturunan bangsawan yang juga istrinya – Marion dan dua orang sahabat yang selalu bersamanya dalam perang: Will Scarlet dan Allan D’ayle. Robin diceritakan mampu memahami kekurangan sahabat-sahabatnya itu dan memaksimalkan kemampuan mereka dalam tugas-tugas yang mereka hadapi. Robin pun mampu menjadi penengah dan sekaligus pemimpin dari mereka karena mengetahui kelemahan dan kelebihan mereka masing-masing.

Seorang RobinHood tidaklah dididik ayahnya hingga dewasa. Ayahnya tewas dibunuh punggawa kerajaan karena ide-ide politiknya dianggap berbahaya atau Subversif menurut istilah orde baru atau anti revolusioner menurut orde lama. Ternyata untuk memiliki anak yang pemberani, kita tidak perlu umur panjang, setidaknya itu kesimpulan saya. Prinsip-prinsip kebenaran, kejujuran dan keteguhan hati menjalankan kedua hal itu menjadikan RobinHood seorang pria yang menarik, dibutuhkan masyarakat dan menjelma menjadi pria dewasa yang serba bisa.



Jika kita mempunyai anak lelaki, kita memang harus mengajarkan minimal empat hal padanya: bela diri, berenang, berkuda dan memanah itu menurut Muhammad SAW. Mr. Lonstride juga mengajarkan hal yg sama. Lalu mengapa kita tidak mengajarkan anak kita belajar Taekwondo, Pencak Silat, Karate, Tarung bebas, berkelahi dengan pisau dan pedang sebagai bagian dari bela diri; mengajarkan berenang, menyelam, dan arung jeram sebagai padanan berenang; bersepeda, berkuda, bersepeda motor, mengendari mobil, menjalankan pesawat terbang sebagai padanan berkuda dan mengajarkan anak kita menggunakan senapan angin, pistol, senapan laras panjang, senapan serbu atau latihan perang-perangan dengan air soft gun sebagai tafsir dari kemampuan memanah.

Terlalu banyak saya melihat lelaki yang bukan lelaki, pria yang kemayu, bertelapak tangan halus, berlenggak lenggok gemulai dan sering sekali mengeluh gara-gara hal remeh temeh, gampang tersinggung dan mencintai sesama pria. Tentu akan panjang jika kita membahas orientasi seksual disini, tapi saya ingin mengajak pembaca berfikir, seandainya anak itu mendapatkan didikan benar saat dia kecil. Kehangatan seorang ayah dengan didikan pria mumpuni ala Muhammad SAW tersebut, tentu sifat-sifat “gemulai”-nya itu akan hilang dengan sendirinya.

Barangkali, jika RobinHood hidup di saat sekarang, dia tidak menjadi seorang pemanah ulung. Dia bisa saja seorang insinyur yang bekerja dengan jujur sesuai disiplin ilmunya.
Ia akan berusaha mengamalkan ilmunya itu dan tidak melenceng ke jalur luar disiplin ilmunya karena semata-mata masalah perut. Ia akan bekerja siang malam karena ia begitu mencintai ilmu yang dimilikinya itu dan digunakan semata-mata ingin menjadi solusi bagi masyarakat tempat ia berada. Misalnya, jika ia seorang insinyur pertanian, maka bekerjalah di bidang pertanian! Hehehe..

Hal lain yang ingin saya utarakan dari si RobinHood ini, bahwa air cucuran atap memang akan jatuh ke pelimbahan juga. Tindak-tanduk kita sebagai orang tua memang akan mengalir pada karakter anak kita. Jadi jangan khawatir anak kita akan jadi apa sesudah ia besar. Jadilah orang sukses, niscaya darah sukses mengalir pada pembuluh darahnya. Jadilah pemberani layaknya Bima / Werkudara, maka ia akan seberani GatotKaca. Jika Anda menyukai seni seperti Soekarno, anda akan punya anak seperti Guruh Sukarno Putra, Jika Anda seorang jenderal dan masuk dunia politik yah.. jangan heran kalau anak Anda ada yg masuk militer dan juga anggota DPR heheheh.. siapa coba?

Yang terakhir, harus punya wawasan politik. Hal inilah yang membedakan seorang Lonsgstride dibandingkan tukang batu lainnya. Biasanya tukang batu yang bisa main catur . Dengan wawasan politik, maka cara pandang kita pada satu masalah tidak sesempit bidang keilmuan kita saja. Setelah berhasil mendidik diri sendiri, mencetak anak unggul, menjadi pemimpin di sebuah keluarga dan akhirnya menjadi pemimpin di masyarakat. Walaupun akhirnya Mr. Longstride harus menerima hukuman mati dari seorang raja yang lalim, itu adalah resiko perjuangan dan kerhormatan!

No comments:

Post a Comment